-->

Manajemen Konseling Di Sekolah

Manajemen Konseling Di Sekolah

Manajemen Konseling Di Sekolah

A. Konsep Dasar Manajemen

1. Pengertian manajemen.
Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) “to manage” yang berarti “control”. Manajemen menurut arti katanya adalah metode atau teknik untuk mengelola (mengatur) berbagai sumber daya supaya menjadi optimal untuk menghasilkan produk (barang, jasa, tujuan) tertentu.
Manajemen diartikan sebagai keseluruhan aktivitas berupa proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya yang dianggap penting guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2. Tujuan dan Fungsi manajemen.
Tujuan penerapan manajemen adalah untuk memepermudah pencapaian suatu tujuan. Fungsi manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu dengan pengeluaran waktu dan uang yang paling sedikit, biasanya dengan penggunaan fasilitas yang ada sebaik-baiknya. Secara rinci fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
  • Menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi tugas setiap personal dan antar personal organisasi.
  • Mendorong setiap personal melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif dan efesien.
  • Memudahkan pelaksanaan analisis tugas dan tanggung jawab setiap personal organisasi secara efektif dan efisien.
Menurut Babbage, Taylor, Fayol, Henry Gantt dan Gillbert, fungsi manajemen mencakup yaitu :
  • Perencanaan (planning) adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
  • Pengorganisasian (organizing), dengan organizing dimaksud mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi.
  • Pengarahan (actuating) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
  • Koordinasi (coordinating) merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
  • Pengawasan (controling) adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah yang sudah digariskan semula.
3. Aspek-aspek manajemen.
Dalam setiap proses manajemen akan selalu melibatkan berbagai aspek, biasanya dituliskan dalam bentuk 5M yaitu Man, Money, Material, Methods, dan Machine. Lima aspek inilah yang tiap saat harus dikendalikan sehingga mencapai optimal, apakah dalam hal manfaat maupun keuntungan. Untuk itu persepsi kata “mengatur” haruslah dimaknai positif menuju ke arah kebaikan. Pengelola manajemen adalah manusia dengan berbagai perangkatnya, berhasil atau tidak kembali ditentukan oleh niat dan usahanya. Oleh karena praktek manajemen harus dikelola dengan menyerap aspirasi serta budaya yang berkembang pada lokasi manajemen.

B. Konsep dasar bimbingan dan konseling

A. Konsep bimbingan

1. Pengertian bimbingan.
Bimbingan dan konseling merupakan terjemaan dari “guidance” dan ”counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” yang berarti, mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.
Bimbingan adalah proses membantu individu yang dilakukan seorang ahli (konselor), agar individu tersebut dapat berkembang secara optimal dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan norma-norma yang berlaku.

2. Tujuan bimbingan
Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling ialah agar individu dapat :
  • Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan dating
  • Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliknya seoptimal mungkin
  • Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
  • Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
3. Prinsip bimbingan.
  • Bimbingan diperuntukan bagi semua individu . Ini berarti bimbingan diberikan kepada semua individu, baik yang mempunyai masalah maupun yang tidak mempunyai masalah.
  • Bimbingan bersifat individualisasi. Melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.
  • Bimbingan menekankan hal yang positif. Bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan, kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
  • Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan.
  • Pengambilan keputusan meruapan hal yang esensial dalam bimbingan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecakan masalahnya dan mengambil keputusan.
  • Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting kehidupan. Pemberian layanan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga perusahaan, lembaga-lembaga, dan masyarakat
4. Fungsi bimbingan.
Minimal ada empat fungsi bimbingan, yaitu :
  • Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.
  • Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
  • Fungsi adaptasi, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu para pelaksana pendidikan untuk mengadaptasi program pendidikan tehadap latar belakang, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
  • Fungsi penyesuaian, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
B. Konsep konseling

1. Pengertian konseling.
Secara etimologis, istilah konseling berarti ‘dengan” atau ”bersama” (latin: Consilium) atau berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Anglo-Saxon: Sellan). Konseling adalah proses memberi bantuan kepada individu yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) yang bersifat rahasia, professional, dan personal, agar individu tersebut dapat mrnyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya dan lingkungannya.

2. Tujuan konseling.
Tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah khususnya adalah sebagai berikut :
  • Mengadakan perubahan prilaku pada diri konseli sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan;
  • Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, supaya konseli dapat menerima tanggung jawab, berdiri sendiri dan memperoleh integrasi prilaku;
  • Penyelesaian masalah;
  • Mencapai keefektivan pribadi;
  • Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
C. Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah

Pada dasarnya manajemen dalam layanan  bimbingan dan konseling dilakukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu, yaitu layanan yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan program, personil, fasilitas dan pembiayaan layanan bimbingan dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.

Konsep pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu menurut Goetsch dan Davis adalah layanan bimbingan dan konseling yang merujuk pada proses dan produk layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat dan pemerintah.

Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah didasarkan kepada ketentuan yang termasuk didalam peraturan perundangan yang berlaku, khususnya SK Menpan tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan SK Menpan tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Anka Kreditnya beserta berbagai aturan pelaksanaannya.  Diantaranya yang pokok adalah sistem yang terlingkup didalam “BK Pola 17” beserta penyusunan program, pelaksanaan, penilaian, pengawasan, pembinaan, dan pengambangan kegiatan bimbingan dan konseling.

Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan menejmen yang bermutu, agar layanan yang diberikan, jelas, terarah dan sistematis yang dilakuakan oleh guru pembimbingan yang professional dengan syarat mengauasai beberpa kompetensi dasar.

Menurut Stooner : management is the prossec of planning, organizing, leading, controlling the effort of organizing members and of using all other organisasional resources to achieve stated organizational goals.

Setelah  memperhatikan pengertian di atas dapat diketahui ada beberapa aspek fundamental yang menjadi acuan terselenggaranya suatu manajemen yang bermutu diantaranya :
  • Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan konseling
  • Implementasi tugas guru pembimbing ( konselor )
  • Pengorganisasian bimbiongan dan konseling
  • Pemamfaatan fasilitas pendukung kegiatan BK
  • Pengadministrasian kegiatan BK
Seperti halnya kegiatan yang lain, layanan BK harus dan memerlukan manajemen atau pengaturan. Mengenai arti dari manajemen itu sendiri Stoner (Juntika: 2005) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka manajemen BK :

a. Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
  • Persiapan pelaksanaan
  • Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana
b. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling.

1. Pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur dan pola kerja kegiatan layanan BK.

2. Manfaat pengorganisasian
  • Tiap personel BK menyadari tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
  • Terhindar dari tumpang tindih tugas.
  • Terjadi mekanisme kerja secara baik dan teratur
  • Terjadi kelancaran, efisiensi dan efektivitas.
3. Tujuan Pengorganisasian, merupakan manifestasi dari tujuan BK itu sendiri.
4. Implementasi pengorganisasian dalam Bimbingan dan Konseling.

Tanpa pengorganisasian, BK tidak akan terlaksana secara sistematis, tidak ada suatu koordinasi, perencanaan, sasaran yang jelas, serta kepemimpinan yang proporsional dan profesional. Pengorganisasian BK membantu seluruh personel sekolah, siswa dan orang tua dalam mengoptimalkan peran masing-masing serta mencegah terjadinya penyalahgunaan tugas tiap personel.

Hal yang perlu diperhatikan agar pengorganisasian BK berjalan baik :
  • Semua personel sekolah dihimpun dalam satu wadah, agar terwujud satu kesatuan cara bertindak kaitannya dalam memberikan layanan BK.
  • Mekanisme kerja harus tunggal.
  • Tugas, wewenang dan tanggguang jawab tiap personel jelas.
Tugas dan peran masing-masing personel yaitu:

a. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan sekolah, pemantau dan suvervisi pelaksana BK.

b. Wakil Kepala Sekolah, bertugas sesuai dengan bidang garapannya. Tugas-tugasnya yaitu:
  • Pelaksana kebijakan kepala sekolah, terutama yang berkaitan dengan BK
  • Penyedia informasi
  • Mensosialisasikan program BK sesuai dengan bidangnya.
c. Wali Kelas, bertugas sebagai penyedia informasi, pemantau perkembangan dan kemajuan siswa, fasilitator dalam mensosialisasikan layanan BK serta membantu mengidentifikasi siswa yang membbutuhkan layanan responsif.

d. Guru Mata Pelajaran, bertugas mensosialisasikan layanan BK, menyediakan informasi tentang siswa saat proses belajar, mengidentifikasi siswa, serta memantau perkembangan dan kemajuan siswa.

e. Staf Administrasi, bertugas membantu mempersiapkan dan mengadministrasikan kegiatan BK serta memberi informasi tentang pelaksanaan layanan BK.

f. Konselor, bertugas:
  • Mengorganisasikan Layanan BK
  • Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa serta kondisi sekolah.
  • Mengkoordinasikan seluruh personel layanan BK.
  • Menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program.
  • Mempertanggungjawabkan semua kegiatan BK kepada Kepala Sekolah.
Materi layanan hendaknya membumi atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Alat dan fasilitas digunakan secara efektif dan efisien. Kegiatan dilakukan secara tepat disertai materi yang sesuai dengan waktu yang diberikan. Sosialisasi program juga perlu mendapat perhatian dan pemikiran strategi agar keberadaan dan kedekatan antara BK dengan penggunanya selalu terjaga.

Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan :
  • Analisis kebutuhan siswa.
  • Penentuan tujuan BK.
  • Analisis situasi sekolah.
  • Penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.
  • Penetapan metode pelaksanaan kegiatan.
  • Penetapan personel kegiatan.
  • Persiapan fasilitas dan biaya kegiatan.
  • Perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
Dalam bimbingan dan konseling manajemen memiliki peranan yang sangat besar, diantaranya adalah sebagai alat agar sistem bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling, serta untuk menegakkan akuntabilitas bimbingan dan konseling. Adapun tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri adalah terbagi kedalam dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya adalah :

1. Tujuan umum program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
  • Agar para siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman dirinya untuk mencapai kemajuan di sekolah.
  • Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam meraih peluang dan memilih suatu kesempatan kerja tertentu, sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dipersyaratkan.
  • Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk memilih, dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang peluang dan kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab.
  • Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain.
2.    Tujuan khusus program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai diantaranya :
  • Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.
  • Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam memahami lingkungannya, termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
  • Agar para siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan, dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya baik itu menyangkut masalah pribadi, belajar, sosial, dan karir.
  • Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam bidang pendidikan dan dalam lapangan kerja secara tepat.
3. Prinsip perencanaan bimbingan dan konseling
  • Perencanaan tersebut sistematis, yaitu berurutan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
  • Perencanaan itu juga Berkesinambungan, sebagai suatu proses yang berlanjut dan bertahap.
  • Perencanaan dapat mengarahkan pelaksanaan BK
  • Seluruh komponen dari perencanaan mampu dijalankan dengan baik.
4. Koordinator pelayanan bimbingan dan konseling disekolah

Sebagai penanggung jawab utama pelayanan BK di sekolah, koordinator memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama tenaga-tenaga bimbingan dan mengarahkan semua aktivitas atau kegiatan BK di sekolah yang bersangkutan. Sebagai pimpinan staf bimbingan, koordinator harus memenuhi tuntutan pendidikan akademik dan harus mampu menciptakan jaringan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan bimbingan.

Pembagian tugas di antara para anggota staf bimbingan, sesuai dengan jabatannya masing-masing menjadi tanggung jawab koordinator. Ada lima kemungkinan mengatur pembagian tugas antara para tenaga bimbingan di sekolah, khususnya di sekolah menengah yaitu :
  • Pembimbing laki-laki melayani siswa laki-laki dan pembimbing perempuan melayani siswa perempuan.
  • Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap tingkatan tertentu, sehingga pembimbing setiap tahun pembelajaran memperoleh angkatan siswa yang baru.
  • Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap angkatan siswa tertentu yang diikutinya terus dari saat angkatan itu masuk sekolah sampai tamat.
  • Setiap pembimbing memegang layanan-layanan bimbingan tertentu untuk seluruh angkatan siswa, misalnya pembimbing A khusus melayani semua siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, pembimbing B khusus melayani semua siswa yang akan langsung bekerja setelah tamat, dan pembimbing C menangani program testing untuk semua siswa, dan lain sebagainya.
  • Kombinasi antara poin 2 dan 4, sehingga ada beberapa pembimbing yang melayani siswa di tingkat kelas tertentu dan ada beberapa pembimbing yang memegang aspek-aspek program bimbingan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
  • Dahlan,Djawad.(2005).Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam perspektif Prof.Dr. M. Djawad Dahlan.Bandung:RIZQI.
  • Nurihsan, Juntika. 1998. Bimbingan Komprehensip: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum. Disertasi. Bandung.
  • Prayitno.(2004).Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Rineka Cipta.
  • Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: ALFABETA.
  • Ukas, Maman. 2006. Manajemen: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung: Agnini.
  • Uman Suherman AS dan Dadang Sudrajat. 2000. Manajemen Layanan BK  di Sekolah. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel